Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2009

Warna Warni

Ternyata betul juga... baju dalam warna merah bisa menaikkan mood... yang tadinya bete jadi ceria... Ajaib! Dulu, saya adalah orang hitam. Bukan karena saya terlalu sering berjemur di pantai... tetapi ini tentang orientasi saya terhadap warna, terutama pada benda-benda yang saya kenakan. Sepatu, selalu hitam. Tas, hitam. Pakaian, dominan hitam, kadang-kadang saja warna lain, tapi tidak jauh-jauh dari warna gelap seperti biru tua atau coklat tua. Kalau ditanya kenapa, mungkin alasan utama adalah karena badan saya yang tidak bisa dibilang ideal. Jadi, karena di majalah sering disebut bahwa warna hitam melangsingkan, semangatlah saya memuja warna itu. Tentang tas dan sepatu, saya pilih hitam karena lagi-lagi di majalah saya baca bahwa hitam warna netral, yang sesuai dipadankan dengan warna apa pun. Karena hitam adalah warna favorit, saya jadi kurang semangat belanja sepatu, tas, atau pakaian, karena hasilnya cenderung monoton, itu-itu saja, tidak kelihatan jelas beda baju baru baju ...

Anakku Sayang...

Dari tadi, aku lihat perempuan itu hilir mudik. "Bu… bu… lihat anak baju kuning? Kuncir dua...," ia mencolek lenganku. Terkejut, aku menggeleng. "Bajunya kuning, ada gambar boneka." Aku menggeleng lagi. Wajahnya berubah sendu. "Di mana, ya, dia...," Lalu air matanya tumpah. Menangis meraung-raung. Perempuan itu kehilangan anaknya. Menurut cerita tukang sayur, anaknya dibawa lari oleh suaminya yang kawin lagi. Sejak itu, perempuan itu jadi gila. Tentu saja, kehilangan suami adalah kehilangan separuh jiwa. Ditambah kehilangan anak, artinya hilang lagi separuh nyawa. Tiba-tiba aku kangen sekali pada anakku. "Sudah, Mang. Sudah. Itu saja belanja saya. Berapa semuanya?" "Lho, Bu. Tidak jadi menunggu tukang ayam?" "Tidak, Mang. Saya mau pulang sekarang." Saya pengen cium anak saya, tambahku, dalam hati. (Dimuat pertama kali untuk booklet Walls Best Friend Forever Mom, Good Housekeeping Juli 2009)