Dari tadi, aku lihat perempuan itu hilir mudik.
"Bu… bu… lihat anak baju kuning? Kuncir dua...," ia mencolek lenganku.
Terkejut, aku menggeleng. "Bajunya kuning, ada gambar boneka." Aku menggeleng lagi. Wajahnya berubah sendu. "Di mana, ya, dia...," Lalu air matanya tumpah. Menangis meraung-raung.
Perempuan itu kehilangan anaknya. Menurut cerita tukang sayur, anaknya dibawa lari oleh suaminya yang kawin lagi. Sejak itu, perempuan itu jadi gila. Tentu saja, kehilangan suami adalah kehilangan separuh jiwa. Ditambah kehilangan anak, artinya hilang lagi separuh nyawa. Tiba-tiba aku kangen sekali pada anakku.
"Sudah, Mang. Sudah. Itu saja belanja saya. Berapa semuanya?"
"Lho, Bu. Tidak jadi menunggu tukang ayam?"
"Tidak, Mang. Saya mau pulang sekarang." Saya pengen cium anak saya, tambahku, dalam hati.
(Dimuat pertama kali untuk booklet Walls Best Friend Forever Mom, Good Housekeeping Juli 2009)
"Bu… bu… lihat anak baju kuning? Kuncir dua...," ia mencolek lenganku.
Terkejut, aku menggeleng. "Bajunya kuning, ada gambar boneka." Aku menggeleng lagi. Wajahnya berubah sendu. "Di mana, ya, dia...," Lalu air matanya tumpah. Menangis meraung-raung.
Perempuan itu kehilangan anaknya. Menurut cerita tukang sayur, anaknya dibawa lari oleh suaminya yang kawin lagi. Sejak itu, perempuan itu jadi gila. Tentu saja, kehilangan suami adalah kehilangan separuh jiwa. Ditambah kehilangan anak, artinya hilang lagi separuh nyawa. Tiba-tiba aku kangen sekali pada anakku.
"Sudah, Mang. Sudah. Itu saja belanja saya. Berapa semuanya?"
"Lho, Bu. Tidak jadi menunggu tukang ayam?"
"Tidak, Mang. Saya mau pulang sekarang." Saya pengen cium anak saya, tambahku, dalam hati.
(Dimuat pertama kali untuk booklet Walls Best Friend Forever Mom, Good Housekeeping Juli 2009)
Komentar
Posting Komentar